Kamis, 04 November 2010

Takut Ditangkap Menteri Zionis Batal ke Inggris

Bersama Amerika dan Prancis, Inggris adalah sponsor utama pendiri negara Zionis yang merampok dan menjajah tanah Palestina

Hidayatullah.com--Seorang menteri kabinet penjajah Zionis, Dan Meridor, mengurungkan niatnya ke Inggris karena diberitahu kemungkinan akan ditangkap karena keterlibatannya dalam penyerangan tentara Zionis terhadap Freedom Flotilla 31 Mei lalu. Demikian kantor berita International Middle East Media Center (IMEMC) melaporkan Senin, 1 November.

Menteri Intelijen dan Energi Atom ‘Israel’ Dan Meridor diberitahu Kementerian Luar Negeri Inggris bahwa dia mungkin ditangkap setibanya di Inggris karena tuduhan kejahatan perang.

Meridor, yang direncanakan bicara dalam sebuah konferensi Britain and Israel Research Centre, sebuah lembaga pro-Zionis, langsung membatalkan rencana perjalanannya itu.

Meridor adalah satu dari sekian politisi dan tokoh Zionis yang akhir-akhir ini menghindari Inggris karena kemungkinan harus menghadapi gelombang gugatan hukum berkaitan dengan pembajakan dan penyerangan tentara-tentara Zionis terhadap Freedom Flotilla. Tokoh Zionis lainnya, bekas menteri luar negeri Tzipi Livni, juga membatalkan kunjungannya sesudah diperingatkan kemungkinan akan ditangkap.

IMEMC melaporkan, Meridor dan tujuh menteri lainnya hadir dalam rapat dengan perdana menteri penjajah Zionis, Benjamin Netanyahu, beberapa hari sebelum 31 Mei dan mendiskusikan rencana menghadapi masuknya Freedom Flotilla ke Gaza.

Isi pertemuan itu secara persis tidak diketahui karena pemerintahan penjajah Zionis menolak mengumumkan transkrip pembicaraan di dalamnya, namun diyakini bahwa rapat itu juga mendiskusikan kemungkinan serangan militer atas kafilah kemanusiaan itu.

Pemerintah Zionis juga menolak ikut dalam investigasi internasional terhadap penyerangan pasukan komandonya yang menewaskan 9 orang relawan Turki dan melukai lebih dari 50 orang relawan lainnya termasuk dua orang relawan Indonesia, Okvianto Emil Baharudin dan Surya Fachrizal.

Demikian pula, sampai sekarang Zionis masih menolak mengembalikan dan membuka isi ratusan laptop, komputer, kamera, video dan rekorder milik sekitar 700 relawan Freedom Flotilla yang mereka rampas pada saat penyerangan maut itu.

Penjajah Zionis itu hanya berani me-release beberapa potongan rekaman video yang sudah mereka ubah dan edit, kepada media massa.

Seorang anggota kabinet Inggris menjanjikan akan “mengoreksi” undang-undang yang memungkinkan para penjahat Zionis itu ditangkap di Inggris. AP mengutip Menteri Luar Negeri William Hague yang menyatakan, “Kita tidak bisa menerima situasi di mana para politisi ‘Israel’ merasa tidak bisa mengunjungi negeri ini.”

Bersama Amerika Serikat dan Prancis, Inggris adalah sponsor utama pendiri negara Zionis yang merampok dan menjajah tanah Palestina. Senjata-senjata buatan Inggris adalah amunisi utama yang digunakan kelompok-kelompok teroris Yahudi – di antaranya Hagana dan Igun – untuk membunuh dan mengusir warga Palestina menjelang didirikannya negara penjajah Zionis pada 1948.

Sejak itu, Inggris menjadi salah satu negara yang ikut mem-veto resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan menjatuhkan sanksi kepada “Israel” karena berbagai kejahatannya.

Dewasa ini, London menjadi salah satu pusat gerakan rakyat melawan penjajahan Zionis atas Palestina. Sejumlah konvoi kemanusiaan, termasuk Viva Palestina dan Road to Hope, berangkat menuju Gaza dan Palestina dari London. [oh/SA/hidayatullah.com]
 


Share
|